Minggu, 18 Juni 2017

Penerapan Konsep Dynamic Living Pada Pembelajaran Kesehatan Mental dan Jasmani Diklat Prajabatan Golongan III Angkatan I Tahun 2015 Di BDK Makassar


Abstract
The application of the concept dynamic living in learning mental and physical health is expected to provide the ability for training participants in identifying activities that will be done by knowing the potential of its intelligence and success. So that participants avoid the condition "severe stress" experienced in preparing and implementing action plans in accordance with the main task to actualize the basic values of the profession of civil servants, namely ANEKA (Accountability, Nationalism, Public Ethics, Commitment to Quality and Anti-Corruption).
Kata Kunci :  healt, dynamic living and learning.

Kesehatan mental dan jasmani sangat penting bagi aparatur pemerintah  dalam mengemban tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dalam hal pelayanan masyarakat, pelayanan PNS sebagai aparatur pemerintah  dalam berbagai bidang masih dianggap belum optimal, prosedur pelayanan masih berbelit-belit, kurang transparan, kurang partisipatif dan masih dirasakan adanya aroma KKN.    Dalam diagnosis dari banyak permasalahan ini, banyak masalah bersumber dari gangguan kesehatan mental seorang PNS.  Olehnya itu, diperlukan pembinaan mental bagi PNS, baik yang akan diangkat menjadi pegawai (CPNS) maupun yang sudah menjadi PNS.  Upaya ini penting dilaksanakan sebagai maintenance (pemeliharaan) kondisi kejiwaan PNS agar tetap stabil dan fokus pada tugas-tugasnya sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat, sekaligus dalam upaya membangun momentum hidup untuk siap melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan, sekaligus mendorong para PNS untuk memberikan andil terbaik, meraih prestasi dan sukses dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Pada pembelajaran prajabatan golongan III angkatan I tahun 2005 ini, peserta diklat akan mendapatkan penugasan untuk menyelenggarakan tugas-tugas PNS sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing. Penyelenggaraan tugas-tugas PNS ini dilakukan dengan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS yaitu ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi).  Agar peserta diklat dapat melaksanakan tugas ini dengan baik, diperlukan pembelajaran yang menekankan pada upaya mempertahankan kesehatan mental.  Upaya ini penting dilakukan dalam proses pembelajaran kesehatan mental dan jasmani, agar peserta diklat dapat melakukan pengelolaan stress akibat penugasan dengan melakukan penyesuaian (coping) dengan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.  Sehingga kondisi kesehatan fisiknya akan tetap terjaga dari penyebab kondisi mental yang kurang baik.
Kesehatan Mental dan Jasmani
Sehat (healt) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna), baik secara fisik, mental maupun sosial.  “Health is a state complete physical, mental and sosial well-being and not morely an absence of disease or infirmity” (WHO). Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (UU Kes RI).
Menurut Webster Dictionary, Mental adalah “Way of Thinking”, berkenaan dengan pikiran/gangguan  saraf/kejiwaan. Menurut kamus Purwodarminto, mental merupakan “Way Of Sense”.  Dari berbagai pengertian tersebut disimpulkan bahwa mental adalah merupakan sikap/perbuatan dari komponen kepribadian yang merupakan perasaan dan kehendak yang tercermin dalam perbuatan, tingkah laku dan penghayatan menuju ke arah nilai yang normatif.
Setiap kegoncangan mental yang dialami manusia, akan mempengaruhi pula alat-alat tubuh, terutama jantung, liver dan syaraf.  Demikian pula sebaliknya, jika seseorang merasakan ketenangan dan kenikmatan jiwa, maka ikut pula menentukan kestabilan organ-organ penting tersebut. Banyak penyakit-penyakit yang berhubungan dengan jantung, hati dan syaraf adalah akibat daripada gangguan mental. Penyakit yang timbul akibat mental yang tidak sehat disebut Psikosomatis. Psikosomatis adalah gangguan fisik yang disebabkan adanya gangguan mental, khususnya emosi. Contoh gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh tekanan hidup yang menganggu ketenangan pikiran/batin antara lain tekanan darah tinggi, darah rendah, maag, sesak napas, eksim, enoreksia, migraine, diare dan gemetar.
Gejala-gejala penyakit ketenangan pikirian tersebut diatas terjadi akibat ketidakmampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya, yang biasa disebut “Stress”.  Hans Selsye (1976) dalam “The Stress Life” menuliskan beberapa cara untuk mengatasi stress yaitu : 1).  mengubah lingkungan kerja dan lingkungan sosial, 2). mempelajari emosi yang dilahirkan dari persepsi dan opini anda, 3). berusaha rileks dan tenang dalam menghadapi tugas atau masalah, 4). pelihara fisik anda dengan gizi yang memadai dan olah raga yang teratur, 5). penuhi kebutuhan rohani dengan berdoa, laksanakan ajaran agama sesuai dengan keyakinan masing-masing (Jani, dkk., 2003).
Dynamic Living
Individu yang sehat secara mental tidak dapat terlepas dari perasaan-perasaan sedih, marah, kecewa, bahkan depresi sekalipun.  Akan tetapi, mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan mengelola emosi negatif tersebut.  Seorang CPNS yang memiliki pribadi yang sehat adalah mereka yang memiliki kemampuan mengasah potensi dirinya sehingga berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat mencapai kesuksesan demi kesuksesan dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai abdi Negara.  Kajian yang membahas mengenai proses terbentuknya kepribadian sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai individu yang tidak sekedar sehat secara mental, tetapi mampu bertahan dari permasalahan hidup dan mengasah kemampuan-kemampuan mentalnya adalah konsep dynamic living.
Dynamic living merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Skip Ross pada tahun 1978.  Menurut konsep ini, individu yang sehat secara mental adalah individu yang memiliki penyesuaian yang baik dalam enam ranah kehidupan yaitu pekerjaan, rumah, social, fisik, mental dan spiritual.  Sehingga individu ini selalu dipenuhi dengan kesenangan dan kebahagiaan sepanjang waktu, terbebas dari rasa takut, terhindar dari kekhawatiran dan secara terus menerus mampu meraih tujuan-tujuan yang luas (Kartika, 2012).
Untuk menjelaskan bagaimana konsep dynamic living ini dapat diraih, Skrip Ross membuat suatu formula sebagai berikut :
DL = (GGE + PS) x PSI
DL = Dynamic Living
GGE = God-Given Equipment
PS = Principles Of Success (asas kesuksesan)
PSI = Prover Self Image
Dynamic Living merupakan hasil perhitungan antara apa yang diberikan Tuhan pada kita ditambah dengan asas-asas kesuksesan yang kita terapkan, dikalikan dengan Citra diri (self-image) yang sesuai. Sehingga perubahan ke arah yang positif dapat terjadi apabila ada kemauan dan tindakan diri dalam merubah arah kita saat ini. Apa yang terjadi pada diri kita murni karena kita dan apa yang ada dalam diri kita, tidak karena orang lain.

Berdasarkan formula dynamic living tersebut diatas, maka penerapan konsep dynamic living yang dilakukan pada pembelajaran mata diklat kesehatan mental dan jasmani Diklat Prajabatan Golongan III angkatan I Tahun 2015 di Balai Diklat Kehutanan Makassar adalah sebagai berikut :
1. Prover Self Image (PSI).
Pada tahapan ini, peserta menuliskan cita-cita dan harapannya 1 tahun kedepan dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut.  Selanjutnya melakukan pemetaan cita-cita dan harapan tersebut dengan menggunakan penilaian peta ambisi sebagai berikut :
NH = Nilai Harmoni, ukuran keselarasan antara ambisi tersebut dengan ambisi lain
NI = Nilai Intensitas, ukuran kesungguhan dalam menca-painya, bahkan anda mau mengorbankan ambisi yang lain untuk ini
NM = Nilai Manfaat, ukuran kegunaan ambisi anda sebagai batu loncatan demi ambisi yang lain
NP =  Nilai Peluang, ukuran kemungkinan tercapainya ambisi
NU = Nilai Urgensi, ukuran mendesaknya ambisi tersebut untuk dicapai
Jarak nilai 1 (sangat rendah) hingga 5 (sangat tinggi).


No. Cita-Cita/ Kegiatan Meraih Ambisi NH NI NM NP NU Total










Ambisi yang nilai totalnya paling tinggi merupakan ambisi terbesar anda. Ambisi yang NU-nya paling tinggi merupakan ambisi yang harus segera dipenuhi.  Amisi-ambisi tersebut diurutkan menjadi diagram alur atau pemetaan yang dapat dipahami tahap-tahapnya melakukannya.
2. God-Given Equipment (GGE)
Pada tahapan ini, peserta mengidentifikasi  potensi yang diberikan Tuhan kepada dirinya yang akan mendukung pencapaian cita-cita dan harapannya.  Potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia terdiri atas potensi fisik (kesehatan, kekuatan, serta keindahan atau kemenarikan (charm)), dan potensi mental dan spiritual (ketabahan, kepintaran, kemampuan mengendalikan diri). Sebagian besar potensi tersebut berupa kemampuan atau bakat terpendam. Terkadang dalam mengenali potensi individu diperlukan bantuan orang lain, yang sabar dan selalu memberikan penghargaan (courage) pada kita. Selain itu, diperlukan kesadaran diri (self-awareness).
3. Principle of Success (PS)
Pada tahapan ini, peserta mengidentifikasi asas-asas kesuksesan yang sudah dimiliki dan belum dimiliki yang akan mendukung pencapaian cita-cita dan harapannya.  Kartika (2012), mengatakan bahwa ada tiga asas besar yang menopang kesuksesan seseorang dalam meraih keberhasilan dan kebahagiaan hidupnya, yaitu :
a. Asas yang pertama adalah Perbaikan Diri, yang sifatnya membenahi diri dengan meningkatkan yang positif dan mengurangi yang negatif, dimana terdapat :
Asas Keyakinan, mempercayai sungguh-sungguh sesuatu yang positif meskipun belum terjadi.
Asas Memberi, keyakinan bahwa apabila kita dengan tulus memberi maka kita akan menerima lebih dari yang lain.
Asas Menyingkirkan, keberanian untuk menyingkirkan hal-hal yang tidak kita inginkan untuk memberi ruang bagi hal-hal yang diinginkan.
Asas Ucapan, meyakini bahwa apapun yang diucapkan secara lisan akan benar-benar terjadi sehingga lebih berhati-hati dalam bertutur atau memilih diam ketika terpancing emosi negatif.
b. Asas yang kedua, adalah asas cita-cita, yang memiliki :
Asas kreasi, yaitu kemampuan untuk menentukan dengan jelas dan spesifik apa yang diinginkan, serta merumuskannya dalam 5W + 1H (what, when, who, where, why, & how) sehingga muncul personal involvement. Contoh: menuliskan secara spesifik apa yang kita inginkan dalam agenda.
Asas Visualisasi, kemampuan membuat gambaran yang jelas dalam pikiran mengenai hal-hal yang kita inginkan, menghayatinya, serta memegang teguh gambaran tersebut. Kesuksesan dapat dicapai dengan dasar impian, usaha, dan perasaan.
c. Asas yang ketiga, adalah asas Etos Kerja, yaitu bagaimana kita mampu menyemangati diri untuk melakukan suatu tugas dan pekerjaan. Asas ini terdiri atas :
Asas Antusias, memiliki  sikap dan cara hidup seperti antusiasme anak-anak (ingin tahu, aktif, tak kenal lelah, mencurahkan pikiran-semangat-rasa); percaya akan “God with us”; menyenangi tugas dengan semangat; bicarakan hal yang sifatnya good news.
Asas Disiplin Diri, melakukan apa yang seharusnya dilakukan terlepas dari rasa suka/ tidak terhadap pekerjaan tersebut.
Self-dicipline :
tetapkan fokus pada satu tujuan yang hendak dicapai
memiliki keyakinan untuk dapat mengendalikan sesuatu dan memperoleh manfaat dari hal tersebut (tugas on time, ada sisa waktu untuk santai)  hindari melakukan banyak hal sekaligus dalam satu waktu.
Asas Tindakan, melakukan apa yang harus dilakukan tanpa menunda dan sempat memikirkan kelemahan kita.
Asas Kegigihan, melakukan terus-menerus hingga tuntas walaupun menghadapi rintangan, penolakan, dan kendala.
4. Dynamic Living (DL)
Pada tahapan ini, peserta memberikan kesimpulan dengan mengamati hasil identifikasi Prover Self Image (PSI), God-Given Equipment (GGE) dan Principle of Success (PS) yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya dengan memperhatikan formula dynamic living dari Skip Ross.
Sebagai tahapan akhir dalam penerapan pembelajaran dynamic living ini, beberapa partisipan dari peserta menyampaikan pengalaman pembelajaran yang telah dilakukannya dan hasilnya mengatakan bahwa hidup harus disertai dengan pencapaian tujuan-tujuan.  Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan dalam keberhasilan mengidentifikan tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilakukan dan keberhasilan mengindentifikasi dan menggunakan potensi  yang diberikan Tuhan kepada diri manusia.  Kesuksesan mencapai tujuan akan cepat dicapai apabila manusia memiliki motivasi kesuksesan yang cukup baik.

Dengan penerapan konsep dynamic living dalam pembelajaran kesehatan mental dan jasmani ini, diharapkan peserta mampu mengidentifikasi kegiatan yang akan dilakukannya dengan mengetahui potensi kecerdasan dan kesuksesan yang dimilikinya.  Sehingga peserta terhindar dari kondisi “stress berat” yang dialami dalam menyusun dan melaksanakan rencana kegiatan sesuai tugas pokoknya dengan mengaktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS, yaitu ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi).

Pustaka :
Jani M.Ladi, Hartoto H.,SH.,MM., Riyanto A.Drs, 2003.  Program Kokurikuler: Latihan Kesegaran Jasmani, Baris Berbaris, Tata Upacara Sipil, dan Ceramah Tentang Kesehatan Mental.  Lembaga Administrasi Negara- Republik Indonesia.
Kartika S. Dewi, 2012.  Buku Ajar Kesehatan Mental.  Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Sultan, Sudirman, 2015.  Rancang Bangun Program Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD) Kesehatan Mental dan Jasmani pada Diklat Prajabatan Angkatan I Tahun 2015, Balai Diklat Kehutanan Makassar.

*) Widyaiswara Madya  BDK Makassar



Tidak ada komentar:

Posting Komentar