Minggu, 18 Juni 2017

MEMBANGUN KECERDASAN EMOSIONAL


A. Latar Belakang
Agar sukses di dunia kerja, ternyata tidak cukup hanya cerdas pikiran saja. Dari pengamatan beberapa pakar, orang-orang yang karirnya sukses, ternyata bukan orang yang paling cerdas. Ada orang yang demikian pandai, namun begitu ia bicara, ia malah selalu menyerang pendapat orang lain. Ketika selesai berbicara dengan orang itu, energi mereka sering terkuras habis. Karirnya tidaklah berkembang pesat. Sebaliknya, ada orang yang peduli, baik, pandai memperhatikan perasaan orang lain, dan orang inilah yang ternyata karirnya berkembang cepat.
Apakah ada faktor lain selain kepintaran otak tadi? Ada, yaitu kecerdasan emosi. Kepintaran ini adalah kemampuan seseorang dalam memonitor perasaan dan emosinya baik pada dirinya maupun orang lain. Ia akan mampu membedakan dua hal itu, dan kemudian menggunakan informasi itu untuk membimbing pikiran dan tindakannya (Salovey & Mayer, 1990).
Penelitian demi penelitian tentang kecerdasan emosi dipicu oleh karya seminal Goleman di tahun 1989. Secara konsep, kepintaran jenis ini mampu melengkapi pikiran. Sebelum dituangkan oleh Goleman, orang menyangka bahwa faktor kesuksesan dalam bekerja lebih banyak ditentukan oleh pikiran semata.
Penelitian para ahli psikologi sepakat bahwa IQ hanya mendukung sekitar 20 persen faktor-faktor yang menentukan suatu keberhasilan, sedangkan 80 persen lainnya adalah berasal dari faktor lain termasuk kecerdasan emosional. Melalui pengamatan yang mendalam, kecerdasan ini ternyata mampu mendukung kinerja melalui dimensi penilaian diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keahlian sosial. Penilaian diri yang akurat ini mendorong timbulnya semangat juang, pandangan jauh, mempertinggi tujuan hidup seseorang, dan mampu memberikan arah dan arti dalam kehidupan ini
Berkenaan dengan itu, jelaslah bahwa IQ saja belum merupakan faktor yang dapat membuat seseorang menjadi berhasil, namun paduan EQ, AQ, IQ dan SQ lah yang dikonstruksikan secara menyeluruh dapat meraih keberhasilan di tempat kerja dalam situasi perubahan yang terjadi dengan cepat dan dinamis yang sarat dengan kompleksitas yang dinamis seperti yang kita alami sekarang ini.

B. Kecerdasan Emosional : ”Apa dan Bagaimana Mengukurnya”?
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, mengatur dan menggunakan emosi secara efektif dalam kehidupan kita.  Emosi ini memberikan informasi tentang nilai kepada kita dan merupakan sinyal singkat pada diri dimana kita telah mengevaluasi sesuatu dalam lingkungannya dengan cara yang positif atau negatif.
Salovery dan Mayer mengusulkan bahwa ada empat aspek dasar dari kecerdasan emosional, yaitu ; pengenalan emosi, pemahaman emosi, pengaturan emosi dan penggunaan emosi. Sedangkan Goleman mengusulkan empat bidang EQ yang luas yaitu: kesadaran diri, kesadaran sosial, manajemen diri dan manajemen hubungan.
Kalau selama ini IQ memberikan pijakan untuk keberhasilan seseorang, maka EQ menentukan pelengkapnya, yaitu EQ menentukan betapa tingginya mereka bisa meningkatkan karirnya bila dibandingkan dengan orang lain dengan kecakapan kognitif dan  kecakapan teknis yang sama.
Kecerdasan emosional ini sulit untuk diukur, namun banyak yang percaya bahwa EQ bisa diukur.   Cara paling mudah untuk mengukur EQ melalui ukuran laporan pribadi yang akan menanyakan betapa efektifnya seseorang itu dalam mengenali emosi, memahami emosi dan lain-lain.   Beberapa masalah yang akan ditemukan berkaitan dengan asumsi adalah :
Seringkali orang cenderung melebihkan prestasi mereka sendiri dan meminimalkan kelemahan-kelemahannya; hasilnya; tes laporan pribadi seringkali memberikan gambaran yang tidak sebenarnya tentang keterampilan dan kemampuan seseorang.
Meskipun orang benar-benar jujur dalam laporan pribadinya, namun mereka seringkali kurang memberikan pandangan yang akurat. Yaitu orang mungkin tidak hanya menyembunyikan kebenaran jawabannya, namun juga dalam banyak kasus mereka bahkan tidak tahu kebenaran yang sebenarnya.
Kemampuan mengenali kondisi emosi diri sendiri dan emosi orang lain itu penting karena  emosi memberikan informasi tentang penilaian anda, emosi memberikan petunjuk bagaimana cara bersikap dan emosi memberikan beberapa keuntungan-keuntungan lanjutan untuk pencapaian tujuan anda.
Untuk mengenal emosi orang lain diperlukan sesuatu yang bisa dilihat (perilaku dan penampilan) untuk menyimpulkan sesuatu yang tidak nampak (apa yang mereka rasakan), yaitu melalui penafsiran wajah.   Hasil riset Psikolog mengenai hubungan antara ekspresi wajah dengan emosi menghasilkan empat kesimpulan, yaitu :
1. Ada enam atau tujuh ekspresi dari emosi : rasa takut, marah, bahagia, terkejut, sedih, muak  dan (mungkin) jijik. (termasuk gabungan dari emosi-emosi tersebut).
2. Orang-orang di seluruh dunia cenderung menggunakan ekspresi wajah yang sama ketika mengalami emosi-emosi ini.
3. Biasanya orang-orang akurat sekali dalam menilai emosi dari wajah, meskipun kita cenderung melakukan yang paling baik ketika menilai anggota dari budaya kita sendiri.
4. Ada perbedaan-perbedaan halus diantara orang-orang dalam kemampuannya untuk bermacam-macam penilaian.
Selain metode ekspresi wajah, dapat juga digunakan suara, postur tubuh dan gerakan fisik seseorang yang menjadi obyek pengamatan kita.
Untuk mengukur EQ disimpulkan dengan tiga tes :
Satu tes untuk mengukur kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri (tes laporan pribadi).
Dua tes untuk menilai kemampuan untuk mengenali emosi orang lain (tes laporan pribadi dan tes multirater).


C. Keterampilan Membangun Kecerdasan Emosional
Keterampilan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya.
Agar kecerdasan emosional terjaga dengan baik, ada 7 ketrampilan yang harus diperhatikan dan dapat dilaksanakan dalam upaya membangun kecerdasan  emosional adalah:
1) Mengenali emosi diri
Ketrampilan ini meliputi kemampuan mengidentifikasi apa yang sesungguhnya dirasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, kita harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian.
2) Melepaskan emosi negatif
Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri sendiri. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat kita mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan kita dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama seseorang dikendalikan oleh emosi negatif ia justru tidak bisa mencapai potensi terbaik dari dirinya. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga kita maupun orang-orang di sekitar kita tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.
3) Mengelola emosi diri sendiri
Jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu seseorang mencapai kesuksesan.


4) Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional–menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati–adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
5) Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.
6) Mengelola emosi orang lain
Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia.
Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain.
7) Memotivasi orang lain
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal.
Ketujuh ketrampilan ini merupakan langkah-langkah yang berurutan. Kita tidak dapat memotivasi diri sendiri kalau kita tidak dapat mengenali dan mengelola emosi diri sendiri. Setelah kita memiliki kemampuan dalam memotivasi diri, barulah kita dapat memotivasi orang lain.

D. KESIMPULAN
Kecerdasan ini jika dipadu dengan kecerdasan sosial lain (termasuk kecakapan emosi) akan mampu membangun hubungan yang harmonis dengan karyawan lain dan mampu menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi di tempat kerja serta mampu meningkatkan kinerja.

PUSTAKA :
Abraham, Amit, 2006.  Mengupas Kepribadian Anda.  PT. Buana Ilmu Popular, Kelompok Gramedia, Jakarta.

Agustian, Ary Ginanjar, 2003. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Penerbit Arga, Jakarta.

Marthin M.,  2006.  Ukurlah EQ Anda, “Tes Mandiri Mengukur dan Meningkatkan Kecerdasan Emosional” (How to Measure Your Emotional Intelligent, diterjemahkan oleh Drs. Bahrul Ulum, SE.), Prestasi Pustaka Raya.

Winarno, Drs. Dan Saksono, Tri, SH.M.Pd,  2001.  Kecerdasan Emosional. Bahan Ajar Diklatpim Tingkat IV, Lembaga Administrasi Negara- Republik Indonesia, Jakarta.


*) Widyaiswara pada Balai Diklat Kehutanan Makassar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar