Minggu, 18 Juni 2017

Metode Pembelajaran Berdasarkan Peta Mental Peserta Diklat


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Sedangkan latihan/training adalah suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan karyawan.
Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Kegiatan pembelajaran dalam suatu Diklat melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta diklat, widyaiswara , tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode pembelajaran, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta diklat setelah mengikuti kegiatan pembelajara.
Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh widyaiswara, salah satu diantaranya adalah metodologi pembelajaran.
Metodologi pembelajaran perlu dimiliki oleh widyaiswara, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara widyaiswara dalam memfasilitasi proses pembelajaran. Jika metode pembelajarannya tepat menurut peserta diklat, maka peserta diklat akan selalu antusias selama proses pembelajaran, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan pengetahuan-keterampilan dan tingkah laku terhadap peserta diklat.
Metodologi pembelajaran banyak ragamnya, dan sebagai widyaiswara harus memiliki metode pembelajaran yang beraneka ragam, agar dalam proses pembelajaran tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan peta mental peserta diklat, sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sesuai dengan kurikulum pelatihan dapat terwujud/tercapai. Karena begitu pentingnya metode pembelajaran ini maka kami menguraikannya dengan judul "Metode Pembelajaran Berdasarkan Peta Mental Peserta Diklat".



B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah Peta Mental Peserta Diklat berbeda-beda ?
2. Apakah Widyaiswara perlu mengenal Peta Mental Peserta Diklat ?
3. Apakah Peta Mental Peserta Diklat perlu di observasi ?
4. Apakah Widyaiswara perlu memiliki berbagai macam metode pembelajaran ?
5. Apa hubungan metodologi pembelajaran dengan peta mental peserta diklat ?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menginformasikan bagi para pembaca, bahwa betapa pentingnya metode pembelajaran dikuasai oleh widyaiswara, dan diusahakan metodologi yang dimiliki widyaiswara pada saat praktek disesuaikan dengan peta mental peserta diklat, sehingga diharapkan materi yang kita sampaikan terekam dan tercerna oleh peserta diklat, dan dapat diimplementasikan di tempat kerjanya masing-masing.




































PETA MENTAL PESERTA DIKLAT

Tipe peta mental peserta diklat  membantu Widyaiswara dalam proses pembelajaran, dimana kesuksesan proses pembelajaran akan tercapai apabila penyampaian informasi disampaikan dengan gaya yang sesuai dengan peta mental peserta diklat.
Beberapa peta mental peserta diklat yang mempengaruhi tipe belajarnya adalah sebagai berikut :
1. Peta Mental Visual
Seseorang yang mempunyai peta mental visual, dalam proses pembelajaran yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pembelajaran yang digunakan sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan materi tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung atau menggambarkannya di papan tulis.
Ciri-ciri seseorang yang memiliki peta mental Visual adalah :
1). Bicara agak cepat
2). Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3). Tidak mudah terganggu oleh keributan
4). Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
5). Lebih suka membaca dari pada dibacakan
6). Pembaca cepat dan tekun
7). Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
8). Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
9). Lebih suka musik dari pada seni
10). Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya M
11). Mengingat dengan Asosiasi Visual.

2. Peta Mental Auditri
Seseorang yang mempunyai peta mental auditri, dalam proses pembelajaran mengandalakan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka Widyaiswara sebaiknya memperhatikan sound sistem yang berpengaruh langsung ke alat pendengarannya. Karena akan sia-sialah menerangkan dengan lantang , jelas dan dengan intonasi yang tepat bila tidak didengar oleh peserta diklat.
Ciri-ciri seseorang yang memiliki peta mental Auditri adalah :
1). Saat belajar suka bicara kepada diri sendiri
2). Penampilan rapi
3). Mudah terganggu oleh keributan
4). Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
5). Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
6). Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
7). Biasanya ia pembicara yang fasih
8). Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
9). Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
10). Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
11). Berbicara dalam irama yang terpola
12). Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara.

3. Peta Mental Kinestetik
Seseorang yang mempunyai peta mental kinestetik, belajarnya cenderung melalui gerak dan sentuhan. Ciri-ciri seorang Kinestetik adalah :
1). Berbicara perlahan
2). Penampilan rapi
3). Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
4). Belajar melalui memanipulasi dan praktek
5). Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
6). Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
7). Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8). Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
9). Menyukai permainan yang menyibukkan
10). Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
11). Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

4. Peta Mental Taktikal
Taktil artinya rabaan atau sentuhan. Seseorang dengan peta mental taktikal, penyerapan hasil belajarnya melaui alat peraba yaitu tangan atau kulit. Contoh : mengatur ruang ibadah, menentukan buah-buahan yang rusak (busuk)
5. Peta Mental Olfaktoris
Keberhasilan peta mental olfaktoris dalam proses pembelajaran tergantung pada alat indra penciuman.  Tipe ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan.  Biasanya orang seperti  ini akan cocok bila bekerja di : laboratorium
6. Peta Mental Gustative
Seseorang yang bertipe gustative ( kemampuan mencicipi ) adalah mereka yang mencirikan belajarnya lebih mengandalkan kecapan lidah. Mereka akan lebih cepat memahami apa yang dipelajarinya melalui indra kecapnya.
7. Peta Mental Kombinatif
Seseorang yang bertipe kombinatif adalah seorang yang dapat dan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat indra.  Ia dapat menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus ketika belajar.
Karena banyak peta mental manusia dalam menerima materi dari orang lain, maka seorang Widyaiswara hendaknya mengenali betul peserta diklat yang difasilitasi dan hendaknya memiliki berbagai metode pembelajaran, agar peserta diklat dapat menerima atau mengerti apa yang disampaikan oleh Widyasiwara.














METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran adalah cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dalam arti tujuan pembelajaran tercapai.
Agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode pembelajaran, serta dipraktekkan pada saat mengajar.  Beberapa metode pembelajaran yang dapat divariasikan oleh pendidik diantaranya :

1.  Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode pembelajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah peserta diklat yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000).

2.  Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode pembelajaran yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses pembelajaran untuk :
a. Mendorong peserta berpikir kritis.
b. Mendorong peserta mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong peserta menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

3.  Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan materi pembelajaran.

4.  Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode pembelajaran  yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama Widyaiswara menguraikan materi, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill).
5.  Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode pembelajaran dimana peserta diklat diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.

6.  Metode percobaan ( Experimental method )
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.

7.  Metode Karya Wisata ( Study tour method )
Metode karya wisata adalah suatu metode pembelajaran yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan peserta membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta yang lain serta didampingi oleh fasilitator, yang kemudian dibukukan.


8.  Metode latihan keterampilan ( Drill method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode , dimana peserta diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya.

9.  Metode mengajar beregu ( Team teaching method )
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap peserta yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.

10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri

11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.

12. Metode perancangan ( projeck method )
yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.

13. Metode Bagian ( Teileren method )
yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.

14. Metode Global (Ganze method )
yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.














































IMPLEMENTASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Selama proses pembelajaran, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan proses pembelajaran, yaitu :
a). Faktor internal (faktor dari dalam diri), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan rohani peserta diklat.
b). Faktor eksternal (faktor dari luar), yaitu kondisi lingkungan sekitar.
c). Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Metode pembelajaran jelas erat hubungannya dengan peta mental peserta diklat, karena dalam proses pembelajaran yang baik adalah apabila terjadi interaksi antara peserta diklat dengan Widyasiwara sebagai fasilitator. Untuk itu seorang Widyaiswara harus dapat menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, menggairahkan dan membuat peserta antusias untuk menerima materi. Sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Bagaimana cara menciptakannya ?. Perhatikan peta mental peserta diklat yang difasilitasi. Jika peta mental tebanyak adalah auditri, maka kita akan tepat jika menggunakan metode ceramah atau mendengarkan kaset, tetapi diselingi juga dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi), dapat juga dengan memutarkan filmnya agar peserta dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan harapan peserta diklat dengan peta mental yang beragam itu, dapat menyimak, memperhatikan , sehingga terjadilah proses pembelajaran dimana terdapat interaksi antara peserta diklat dengan Widyaiswara.
Jika peserta diklat lebih dominan berpeta mental visual, maka alangkah baiknya penyampaian materi dengan metode ceramah dilakukan dengan menggunakan slide atau dengan menggunakan modul. Jika peserta diklat lebih dominan dengan tipe mental auditri, maka sebaiknya pada saat penyampaian materi dengan metode ceramah, memutarkan kaset, atau divariasikan antara metode ceramah dengan tanya jawab.



















PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode mengajar yang bervariasi perlu diterapkan pada proses pembelajaran.
Peta Mental Peserta Diklat perlu diketahui oleh Widyaiswara
melalui observasi pada materi Bina Suasana Pelatihan, sehingga metode pembelajaran didesain sesuai dengan peta mental peserta diklat.

B. Saran

Hendaknya seorang Widyaiswara memiliki keterampilan dalam menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
Metode pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan peta mental peserta diklat agar tujuan pembelajaran tercapai.


DAFTAR PUSTAKA

Adrian, 2004.  Metodologi Pengajaran. Materi Mahasiswa S-3 Pada PPs Universitas Negeri Yogyakarta Angkatan IV Tahun 2004.

Chen, Victor, 2005.  Rahasia Peta Mental Manusia Dalam Berkomunikasi (Seri Neuro Linguistic Programming 1).  Audio CD Champion In Selling, PT. Camar Agung Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar